Tuesday, July 28, 2009

Senyawa Penyusun Rumah Kaca

Uap air (H2O)
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air, yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggung jawab terhadap sebagian  besar dari efek rumah kaca. Aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air, kecuali dalam skala lokal.
Dalam model iklim,
meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akan menyebabkan meningkatnya konsenrasi uap air, peningkatan konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti : letusan gunung berapi, hasil pernafasan hewan dan manusia dan pembakaran material organik. Jika dibandingkan dengan gas-gas rumah kaca yang lain kecuali uap air, sebenarnya karbondioksida bukan penyimpan panas yang baik dalam efek rumah kaca. Akan tetapi, jika dilihat dari kuantitas kadarnya di atmosfer Bumi karbondioksida menjadi senyawa yang paling banyak menyimpan panas  dalam peristiwa efek rumah kaca. Karbondioksida juga menjadi senyawa yang mengalami peningkatan paling tinggi dan merupakan penyebab utama terjadinya Pemanasan global. 

Metana (CH4)
Metana yang merupakan komponen utama gas alam yang juga termasuk gas rumah kaca. Gas ini merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan karbondioksida. Metana dilepaskan ke atmosfer selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam dan minyak bumi. Metana bisa dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah dan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, sebagai produk samping dari pencernaan. Metana juga dapat dikeluarakan oleh proses tumbuhan.

Dinitro oksida (N2O)
Dinitro oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Gas ini dihasilkan terutama dari pembakaran fosil dan dari pertanian. Dinitro oksida mampu menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida, HFC, PFC dan SF6.

Hidroflourokarbon (HFC)
Senyawa ini terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture) dan tempat duduk dikendaraan. Senyawa ini hanya menyumbang 1% sebagai penyusun gas rumah kaca.

Perflourokarbon (PFC)
PFC sering dijumpai pada lemari es yang berfungsi sebagai media pendingin selain mampu menahan panas.

Sulfur heksaflourida (SF6)
Senyawa SF6 di atmosfer meningkat secara cepat, walaupun masih tergolong langka di atmosfer, tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca lainnya. Hingga saat ini sumber penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.     

Cloroflourokarbon (CFC)
CFC juga gas rumah kaca dan berpotensi terhadap Pemanasan global lebih tingi daripada karbondioksida. CFC akan tetap berada di atmosfer dalam waktu sangat lama. Artinya kontribusi CFC terhadap Pemanasan global akan berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama.

~ save our earth ~
 

0 comments:

Post a Comment

 Subscribe in a reader

Add to Technorati Favorites