Monday, August 17, 2009

Kulit Durian sebagai Energi Alternatif

Briket kulit durian sebenarnya tak jauh berbeda dari briket arang tempurung kelapa dan briket arang kayu. Ketiganya sama-sama tidak berasap, sehingga relatif tidak menimbulkan polutan (zat pencemar) udara.Selain itu, ketiga jenis briket ini juga gampang digunakan. Inilah yang membedakannya dari briket batubara, yang penggunaannya kurang praktis dan pembakarannya menimbulkan polutan yang membahayakan kesehatan manusia.

Namun, briket kulit durian memiliki beberapa keunggulan
ketimbang briket arang kayu dan arang batok kelapa, apalagi dibandingkan briket batubara. Selain bisa ikut memcahkan masalah penanganan limbah durian, ketersediaan limbah kulit durian di Jawa Tengah juga melimpah. Bahkan briket ini menimbulkan bau harum ketika digunakan, sehingga cocok digunakan untuk industri makanan, baik berskala rumah tangga maupun besar. Karena beberapa keunggulan itulah, briket kulit durian memiliki potensi pasar terbuka luas, baik pasaran lokal, domestik, dam ekspor.

Berdasarkan penelitian, briket arang merupakan arang yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya, sehingga menjadi produk yang lebih praktis digunakan sebagai bahan bakar. Sedangkan briket kulit durian adalah residu, yang sebagaian besar komponennya adalah karbon. Ia terjadi karena penguraian kulit durian, akibat perlakuan panas. Peristiwa ini dapat terjadi pada pemanasan langsung atau tidak langsung dalam timbunan, kiln, retort, serta nur tanpa atau dengan udara terbebas.

Penggunaan bahan bakar berbentuk briket memang lebih efektif dan efisien. Sebab bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan keperluan. Pembuatan briket kulit durian ini memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan pembuatan briket dengan bahan baku batubara atau kayu. Selan itu, arang dapat ditingkatkan kerapatannya, bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tidak kotor, mudah transportasinya, dan praktis untuk digunakan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga.

Proses pembuatan
Tak sulit untuk membuat briket kulit durian. Pertama, kulit durian dicacah, baik secara manual maupun menggunakan pencacah. Dalam acara Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional VIII di Pontianak, beberapa waktu lalu, pengunjung terpesona melihat kreasi para pelajar dari Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Pontianak. Mereka menunjukkan kebolehannya dengan menyuguhkan alat pencacah kulit durian berkapasitas 500-1.000 kg/jam. Dengan tenaga diesel 7 HP, diperoleh hasil cacahan dengan dimensi yang bisa diatur. Pengaturan mata pisau pun bisa diatur secara fleksibel.

Hasil cacahan dijemur, kemudian dioven dalam suhu 100 derajt Celcius selama 30 menit. Setelahkering dimasukkan ke furnace sampai arang granular (pembakaran tidak sempurna). Dalam proses pembuatan arang granular akan dihasilkan arang berukuran besar (kasar) dan halus (powder). Arang besar bisa digunakan sebagai bahan baku karbon aktif, sedangkan arang halus digunakan sebagai bahan baku briket.

Namun demikian, arang graular berukuran besar pun dapat digunakan sebagai bahan bakar pemmbuatan briket kulit, tapi harus melalui proses penghalusan. Setalah dihaluska (biasanya dengan mesin crusher), arang yang dihasilkan dihancurkan dan ditambah dengan larutan kaji 10%, tanah hat 10%, dan larutan NaOH 1%. Selanjutnya dicetak menjadi briket.

Tahap berikutnya adalah mengeringkan briket pada suhu tertentu (menggunakan oven), sehingga dihasilkan briket kulit durian dengan kadar air tertentu. Briket yang dihasilkan dioven lagi hingga kering. Tanda sudah kering, jika diletakkan di tangan terasa ringan. Selain itu, tak ada serbuk yang menempel di tangan.

Beberapa keunggulan briket kulit durian adalah nilai kalorinya relatif tinggi, tak berbau, tidak bersifat polutan, tidak menghasilkan gas SO, dan bisa langsung menyala (tak perlu minyak tanah untuk “memancing” seperti pada briket batubara). Pemakaiannya relatif lama, sekitar 2 jam 20 menit. Bentuk dan ukurannya juga disesuaikan dengan kebutuhan.

Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan 1 kg briket kulit durian dengan harga Rp 1.500/kg mampu menghasilkan kalori 5.010 Kkal. Sementara penggunaan 1 liter minyak tanah (harga Rp 2.500/liter) hanya mampu menghasilkan 4.400 kkal. Jadi penggunaan briket kulit durian jauh lebih murah sekitar 409 ketimbang menggunakan minyak tanah. Sayang jika kulit durian di Jawa Tengah hanya dibuang ke tong sampah tanpa menghasilkan nilai tambah. Inilah peluang inovator, inventor, dan lembaga penghasil teknologi untuk terus berkreasi dan berinovasi.

Marjono, staff TTG Bapermas Provinsi Jateng

Penghematan Biaya melalui Briket Durian
Pengguna Minyak Tanah Briket Durian Penghematan
Rumah tangga (3 liter/hari) Rp9.000,- Rp4.500,- Rp4.500,-
Warung makan (10 liter/hari) Rp30.000,- Rp15.000,- Rp15.000,-
Industri kecil (25 liter/hari) Rp75.000,- Rp37.500,- Rp37.500,-
Industri menengah (1.000 liter/hari) Rp3.000.000,- Rp1.500.000,- Rp1.500.000,-

(Sumber : Harian Suara Merdeka 3/5/2007)

2 comments:

Jusri Jusuf said...

Saya ingin tahu berapa banyak Kabupaten Pekalongan dapat mengumpulkan Kulit Durian selama satu tahun dalam metric ton?

Berapa Moisture Content (MC), Ash Content (AC), Fixed Carbon (FC) dari Hasil Penelitian?

Saya akan menawarkan Refined Biomass Reactors, yang tidak saja menghasilkan Arang/ Charcoals tetapi juga HOT GAS untuk meng-generate Pembangkit Listrik dengan Steam Power.

Jusri Jusuf said...

Wassalam
Ini Nomor HP saya, 08111990423 dan 081315243889 serta email jusri.jusuf@gmail.com

Post a Comment

 Subscribe in a reader

Add to Technorati Favorites